Firasatku kembali menggema. Aku pikir firasatku tentang kamu sudah mati. Aku pikir aku sudah tidak perlu mengetahui keadaan terbarumu.

Hari-hariku terbilang tenang untuk beberapa minggu ini. Tanpa kabar darimu tentunya. Melihatmu bahagia dari kacamataku tentunya. Melihatmu terbang kesana kemari tanpa beban. Itu yang aku pikirkan, yang aku kira. Tapi kenyataannya, aku terlalu sok tau.

Aku yang sering mengatakan “jangan suka menilai seseorang dari covernya saja” ini ternyata masih suka menilai seseorang dari covernya saja. Seperti menilai kamu, kamu yang sudah cukup lama pergi dariku. Kamu boleh marah terhadapku atas semua pemikiran dangkalku.

Kamu tau seperti apa rasanya bermimpi tentang kamu?

Setelah sekian lama tidak mendengar suaramu, tidak mendapat sapa darimu, tidak mendengar keluh kesahmu, kemudian bisa bermimpi tentang kamu itu bagai mendapat keajaiban dari Yang MahaKuasa untuk mengobati rasa kangen yang terus menggerogoti pikiran ini.

Dan aku sama sekali tidak berpikir jika itu adalah suatu pertanda atau apapun sampai kamu mengupdate status fbmu. Kamu sedang kacau. Aku tau. Topengmu seketika terlepas. Menampakkan isi hatimu yang sesungguhnya. Yang selama ini kamu simpan dengan rapi.

Iseng. Cuma iseng ketika aku menyalakan chat-ku setelah beberapa detik kamu mengupdate status fbmu.
           
Setelah sekian lama aku menunggu. Kamu memberiku kabar lagi. Kamu bercerita tentang keluh kesahmu lagi. Kekacauanmu saat ini. Topeng yang selalu kamu tunjukkan, musnah untuk beberapa saat. Mendengar kamu menjadi semakin tidak terkendali. Seakan buta akan sekelilingmu. Seakan kamu sudah tenggelam terlalu dalam hingga tidak bisa untuk kembali ke daratan. Mendengar jika hanya sebatang rokok yang menjadi temanmu kini. Dengan jelas kamu tau jika yang kamu lakukan itu salah namun, seolah kamu tidak dapat berbuat apapun.

Menyedihkan.

Jujur, saat itu tangisku nyaris pecah. Bagaimana bisa seorang yang dulu sangat aku jaga dari hal seperti itu, justru sekarang tenggelam didalamnya dan tidak dapat menyelematkan diri. Sekuat itukah arus yang saat ini tengah kamu lalui?

Kata-katamu saat itu masih terngiang jelas ditelingaku,

Tapi jika memang nyaman seperti itu yang kamu cari, kenapa kamu mengeluarkan segala macam kesemrawutan otakmu

Seharusnya kamu sekarang menyadari alasan dibalik semua sikapku dulu. Ya, seharusnya memang tidak selalu harus dilakukan.

Tapi aku masih disini, masih menjadi penonton setiamu yang akan selalu siap menampung tetek bengek permasalahanmu. Dan aku siap jika harus membantumu kembali berenang ke daratan jika memang diperlukan.

Dibawah langit Jogja yang teduh

Harus berapa lama aku menunggu kamu kembali?